Menjelang 14 Agustus, suasana khas Hari Pramuka mulai terasa. Di tengah hiruk pikuk perbincangan tentang seragam cokelat dan tepuk tangan meriah, ada satu hal yang menjadi jantung gerakan ini: Dasa Darma Pramuka. Bagi banyak orang, Dasa Darma mungkin hanya sepuluh baris kalimat yang wajib dihafal. Namun, pada intinya, Dasa Darma adalah sepuluh pedoman perbuatan baik dan mulia yang menjadi kompas moral bagi setiap anggota Gerakan Pramuka dalam kehidupan sehari-hari.
Di tengah isu hangat yang mempertanyakan status wajib Pramuka di sekolah, justru sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk kembali menilik esensi Dasa Darma. Mengapa? Karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ternyata jauh lebih relevan dari yang kita duga, terutama untuk menghadapi tantangan zaman sekarang.
Ini bukan sekadar tentang mendirikan tenda atau membuat api unggun. Ini tentang membentuk karakter, membangun ketahanan, dan menjadi warga negara yang utuh. Mari kita bedah bersama, apa sebenarnya Dasa Darma dan mengapa ia tetap menjadi panduan yang kuat hingga hari ini.
Apa Sebenarnya Dasa Darma Pramuka?

Secara harfiah, namanya sudah menjelaskan segalanya. “Dasa” berarti sepuluh, dan “Darma” berarti perbuatan terpuji atau mulia. Jadi, Dasa Darma adalah sepuluh tindakan luhur yang menjadi kode kehormatan bagi anggota Pramuka, khususnya untuk tingkat Penggalang (usia 11-15 tahun) ke atas.
Bersama dengan Tri Satya (tiga janji Pramuka), Dasa Darma berfungsi sebagai fondasi moral. Jika Tri Satya adalah janji yang diucapkan, maka Dasa Darma adalah cara untuk menepati janji tersebut dalam tindakan nyata setiap hari. Ia adalah panduan praktis untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Isi Dasa Darma yang Berlaku Saat Ini
Sejak dirumuskan pertama kali pada 1961, Dasa Darma telah mengalami beberapa kali penyempurnaan untuk menyesuaikan dengan dinamika zaman. Rumusan yang kita kenal dan gunakan saat ini adalah versi kelima, yang ditetapkan pada tahun 2009 .
Berikut adalah isi lengkapnya:
Dasa Darma Pramuka
- Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
- Patriot yang sopan dan kesatria.
- Patuh dan suka bermusyawarah.
- Rela menolong dan tabah.
- Rajin, terampil, dan gembira.
- Hemat, cermat, dan bersahaja.
- Disiplin, berani, dan setia.
- Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
- Suci dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan.
Makna di Balik Setiap Darma: Panduan Praktis Sehari-hari
Setiap butir Dasa Darma memiliki makna mendalam yang bisa diterapkan dalam kehidupan modern. Ini bukan lagi sekadar teori, melainkan aksi nyata.
Fondasi Spiritual, Sosial, dan Kebangsaan (Darma 1, 2, 3)
Butir pertama, “Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ditempatkan di awal sebagai pengingat bahwa semua tindakan harus berlandaskan pada nilai spiritual dan keimanan. Ini adalah dasar dari segalanya, termasuk sikap toleransi antarumat beragama.
Selanjutnya, “Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia” menjadi sangat relevan hari ini. Cinta alam bukan hanya soal tidak membuang sampah sembarangan, tapi juga tentang kesadaran akan isu lingkungan, konservasi, dan gaya hidup berkelanjutan. Kasih sayang sesama manusia adalah penangkal perundungan (bullying), diskriminasi, dan polarisasi sosial.
“Patriot yang sopan dan kesatria” mendefinisikan kembali arti nasionalisme. Menjadi patriot bukan hanya tentang upacara bendera, tetapi juga tentang menjaga tutur kata, berani mengakui kesalahan, dan membela kebenaran dengan cara yang beradab.
Kecakapan Hidup dan Karakter Kuat (Darma 4, 5, 8, 9)
Seorang Pramuka diajarkan untuk “Patuh dan suka bermusyawarah”. Kepatuhan di sini berarti disiplin, sementara suka bermusyawarah adalah cerminan jiwa demokratis yang menghargai pendapat orang lain sebelum mengambil keputusan.
Sikap “Rela menolong dan tabah” membentuk kepekaan sosial dan mental yang kuat. Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, kemampuan untuk menolong tanpa pamrih dan tetap tegar menghadapi kesulitan adalah kecakapan hidup yang tak ternilai.
“Disiplin, berani, dan setia” adalah tiga serangkai pilar karakter. Disiplin dalam mengelola waktu, berani menghadapi tantangan baru, dan setia pada janji serta prinsip adalah modal utama untuk meraih kesuksesan. Ini juga berarti berani melawan arus negatif seperti hoaks dan radikalisme.
Terakhir, “Bertanggung jawab dan dapat dipercaya” adalah puncak dari integritas. Dalam setiap tugas yang diemban, sekecil apa pun, seorang Pramuka belajar untuk menyelesaikannya dengan baik dan menjaga amanah yang diberikan.
Gaya Hidup Positif (Darma 6, 7, 10)
Darma keenam, “Rajin, terampil, dan gembira,” mengajarkan etos kerja yang positif. Setiap tugas harus dikerjakan dengan rajin, didukung oleh keterampilan yang terus diasah, dan yang terpenting, dilakukan dengan hati yang gembira tanpa beban.
“Hemat, cermat, dan bersahaja” adalah pelajaran tentang literasi finansial dan gaya hidup minimalis. Ini bukan berarti kikir, melainkan bijak dalam mengelola sumber daya, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta menghindari sikap pamer kemewahan.
Sebagai penutup yang sempurna, darma kesepuluh adalah “Suci dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan”. Ini adalah ajakan untuk menjaga integritas diri secara total. Di era digital di mana jejak digital abadi, menjaga pikiran agar tidak mudah terhasut, menjaga lisan (atau ketikan jari) agar tidak menyakiti, dan menjaga perbuatan agar selalu positif adalah benteng pertahanan karakter yang paling kokoh.
Relevansi Dasa Darma di Tengah Isu Terkini
Baru-baru ini, terbitnya Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024 memicu perdebatan karena menjadikan Pramuka tidak lagi sebagai ekstrakurikuler wajib. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pun merespons dengan menggagas program “Media Sahabat Pramuka” untuk menegaskan kembali peran strategis Pramuka.
Terlepas dari statusnya di kurikulum, krisis ini justru menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai Dasa Darma. Di saat generasi muda dihadapkan pada tantangan seperti hoaks, radikalisme, bullying, dan krisis kesehatan mental, Dasa Darma menawarkan seperangkat nilai yang dapat menjadi pegangan.
Tema Hari Pramuka ke-64 tahun 2025, yaitu “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa,” seolah menjadi jawaban atas tantangan ini. Kolaborasi hanya bisa terwujud jika setiap individu memiliki karakter yang kuat, dan Dasa Darma adalah cetak biru untuk membangun karakter tersebut.
Pada akhirnya, Dasa Darma Pramuka bukanlah sekadar daftar aturan yang kaku. Ia adalah panduan hidup yang dinamis, relevan, dan sangat dibutuhkan untuk membentuk generasi muda Indonesia yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga luhur dalam budi pekerti, tangguh dalam menghadapi tantangan, dan siap berkontribusi untuk bangsa.